Selasa, 17 November 2015

RESENSI NOVEL "SUNSET BERSAMA ROSIE"





Judul                                       : Sunset Bersama Rosie
Pengarang                               : Tere Liye
Editor/Penyunting                    : Andriyati
Penerbit                                  : Mahaka Publishing
Tahun Terbit                            : Cetakan ke-5, tahun 2013
Ukuran Dimensi Buku             : 13.5 x 20.5 cm
Jumlah Halaman                      : 426 hlm
ISBN                                     : 978-602-98883-6-2
Harga Buku                            : Rp 60.000,00

Sunset Bersama Rosie bercerita tentang makna kehilangan, pengorbanan, dan kesempatan. Pada novel ini ada seseorang yang bernama Tegar Karang yang selama 22 tahun hidupnya, ia habiskan bersama sahabatnya Rosie. Rosie yang sudah dianggap sebagai sahabat juga keluarga bagi Tegar, ia menghabiskan seluruh masa muda nya bersama Rosie. Hingga pada akhirnya Tegar memiliki sebuah perasaan kepada Rosie. Tapi tegar tidak berani untuk menyatakan perasaannya kepada Rosie. Hingga pada akhirnya Tegar mengenalkan temannya yang bernama Nathan yang berniatan agar dapat menjadi penghilang kecanggungan saat ia gagal mendapatkan hati Rosie. Tetapi perkenalan mereka akhirnya membuahkan sebuah perasaan antara Rosie dan Nathan. Setelah dua bulan mengenal satu sama lain Rosie dan Nathan pun akhirnya berjadian. Mendengar bahwa Rosie dan Nathan menjadi sepasang kekasih Tegar yang patah hatipun memutuskan menghilang dari kehidupan dua orang sahabat yang cukup berarti dalam hidupnya. Kemudian Ia memutuskan untuk menyibukan diri dalam kesibukan dunia pekerjaan, selama lima tahun ia terus berusaha berdamai dengan masa lalunya. Bekerja tanpa kenal lelah dan tidur, seperti robot yang seolah tidak bisa berhenti. Rosie dan Nathan memiliki empat anak yang bernama Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Siang itu, Rosie dan Nathan datang ke apartemen Tegar ditemani bersama kedua anak mereka, Anggrek dan Sakura.
Maka dimulailah awal semua konflik dalam novel ini. Tegar terus menjalin hubungan dengan keluarga kecil bahagia Rosie, Ia mendapat panggilan “om, uncle, paman Tegar yang Super” dari setiap anak Rosie. Sampai pada hari dimana peristiwa pengeboman di Jimbaran itu terjadi dan seketika merenggut seluruh kebahagiaan yang sebelumnya terpampang jelas wajah mereka. Nathan meninggal dan di situlah muncul benih harapan dalam diri Tegar mengenai kesempatannya terhadap Rosie. Rosie depresi, anak-anak nya terlantar, bisnis keluarga berantakan. Hal itu lah yang membuat Tegar memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Sekar, wanita yang sempat dicintainya setelah Rosie, walau dengan pengertian dan pemahaman cinta yang berbeda. Tegar memutuskan untuk memasukan Rosie yang depresi kedalam rehabilitasi dan melanjutkan usaha resort keluarga Nathan. Sejalan dengan itu hubungannya dengan Sekar pun kian merenggang. Sekar pun sukses pergi dari kehidupan Tegar.
Sampai akhirnya dimana Rosie kembali dari rehabilitasi, memunculkan kesempatan yang dulu hilang, kesempatan yang dulu sempat ia bayangkan
            Novel yang sebelumnya berjudul “Senja Bersama Rosie” dan memiliki beberapa perubahan dalam penekanan tokoh dan nama ini banyak mengandung nasihat bijak yang dapat di ambil, yang paling terutama ditekankan adalah bagaimana seseorang hendaknya tidak membuang atau melupakan masa lalu melainkan berdamailah. Sang pengarang sukses mengemas dengan baik novel yang telah berjudul Sunset Bersama Rosie ini.
Gaya bahasa yang digunakan oleh sang penulis tidak terlalu berat namun juga tidak sepele. Gaya bahasa Tere Liye cenderung puitis dan penuh makna tersirat yang mendalam. Dalam Novel ini, indahnya Gili Terawangan digambarkan jelas oleh sang penulis, sehingga kita dapat membayangkan dengan jelas tempat kejadian dalam cerita. Segala sesuatu di dunia ini tidak luput dari kekurangan. Begitu pula dengan cerita yang dikarang oleh Tere Liye ini. Beberapa kekurangan nyata nya adalah pada kesalahan pengetikan. Ada sedikit kesalahan pengetikan dalam novel ini, misalnya pada halaman 44 “… kau harus berganti mandi, pakaian, ti –…” seharusnya adalah berganti pakaian dan mandi. Kekurangan lain adalah pada sosok tegar yang terkesan terlalu lemah di awal, saat adegan Tegar menuruni Gunung Rinjani dan melewati tahun tahun berat saat kehilangan kesempatan dengan Rosie. Dalam adegan itu seolah olah Tegar seperti lemah layaknya perempuan yang patah hati, tidak ingat makan dan minum.
Novel ini mengajarkan kita untuk memaknai arti hidup dan kesempatan. Kesempatan tidak datang dua kali, sehingga sekalipun takdir itu menyakitkan kita tidak perlu takut untuk membuat kesempatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar